Konsep Logotherapy

Respons: 0 komentar
Konsep logoterapi
  • Kehidupan memiliki makna dalam keadaan apapun, termasuk dalam penderitaan.
  • Manusia memiliki suatu kehendak untuk hidup bermakna yang merupakan motivasi utama untuk hidup.
  • Kita memiliki kebebasan untuk menemukan makna hidup melalui apa yang dikerjakan, apa yang dihayati, atau sekurang-kurangnya dalam sikap yang kita ambil atas situasi dan penderitaan yang tak dapat diubah lagi.
Ajaran dalam Logoterapi mempunyai 3 landasan filsafat, yaitu :
  1. The freedom of will: kebebasan tetapi terbatas, bukan kebebasan dari sesuatu tetapi kebebasan mengambil sikap terhadap sesuatu. Kebebasan yang dimaksud di sini adalah kebebasan yang bertanggungjawab.
  2. The will to meaning : merupakan motivasi dasar manusia. Yang dimaksudkan dengan keinginan untuk bermakna adalah : tertuju kepada hal-hal yang berada di luar diri manusia tersebut, bukan berpusat pada diri sendiri (self-centered)
  3. The meaning of life : dapat ditemukan oleh manusia dalam kehidupannya, termasuk pada saat mengalami penderitaan (rasa bersalah, sakit, kematian). Makna hidup setiap orang sifatnya unik, personal, spesifik, dan temporer. Makna hidup tidak dapat diberikan oleh siapapun, jadi harus ditemukan oleh diri sendiri.
Sebelum kita sampai pada teknik atau metode logoterapi dalam konseling, sebaiknya kita mengerti terlebih dahulu konsep logoterapi yang dipakai dalam metode konseling. Sebagai satu metode terapi, logoterapi eksistensial menolong klien untuk mencari dan menemukan ‘makna eksistensi diri yang sepenuhnya’. Hal ini berarti meolong klien bukan hanya untuk melihat kemungkinan-kemungkinan dari nilai hidup yang memberi makna tetapi juga menemukan relevansi dari nilai-nilai tersebut dalam kehidupan peribadinya. Sesuai dengan ajaran logoterapi, Frankl berpendapat bahwa manusia dapat memperoleh makna hidup yang bersumber dari :
  1. Nilai-nilai kreatif (creatif values), yaitu : berkarya, bekerja, mencipta, dan melaksanakan satu kegiatan dengan baik karena mencintai kegiatan itu.
  2. Nilai-nilai penghayatan (experiental values), yaitu : meyakini dan menghayati kebenaran, keyakinan, keindahan, cinta kasih, dan keimanan.
  3. Nilai-nilai bersikap (attitudinal values), yaitu : mengambil sikap tepat atas pengalaman tragis yang tak terhindarkan.
Apabila seseorang tidak lagi dapat menemukan makna hidup dari kreativitas atau kegiatan yang dilakukan (creatif values) dan pengalaman hidup tidak lagi memberi makna (experiental values), Frankl berpendapat bahwa seseorang masih dapat menemukan makna hidup dengan cara ‘mengatasi penderitaannya’ (attitudinal values). ‘Attitudinal values’ inilah yang merupakan ajaran mendasar dari Frankl dalam logoterapi, yaitu melihat makna positif dari satu penderitaan. Logoterapis mendorong klien untuk melihat sisi baik dari satu penderitaan dengan cara menerima penderitaan tersebut. Dengan demikian, akan memungkinkan klien untuk merealisasikan makna hidup yang tertinggi dan terbaik. Jadi, inti dari ajaran logoterapi adalah semua orang mendapat kesempatan untuk merealisasikan ‘attitudinal values’, yaitu menemukan makna hidup dengan menghadapi penderitaan sampai sampai nafas terakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jangan lupa komentarnya ya....!!!!
Terima Kasih Atas Kunjungannya

Copyright © Kang Topek

Sponsored By: GratisDesigned By: Habib Blog