Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Anak dan Remaja

Respons: 0 komentar
A.    Teori Tentang Sumber Kejiwaan Agama
 
1.    Teori Monistik (Mono = Satu)
Teori Monistik berpendapat, bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah satu sumber kejiwaan. Beberapa pendapat tentang sumber kejiwaan:
a.    Thomas van AquinoMengemukakan bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama itu, adalah berpikir.Manusia ber-Tuhan karena manusia menggunakan kemampuan berpikirnya.
b.    Fredrick SchleimacherBerpendapat bahwa yang menjadi sumber keagamaan itu adalah rasa ketergantungan yang mutlak.Dengan adanya rasa ketergantungan yang mutlak ini manusia merasakan dirinya lemah.
c.    Rudolf OttoSumber kejiwaan agama adalah rasa kagum yang berasal dari the wholly other(yang sama sekali lain).
d.    Sigmund FreudUnsur kejiwaan yang menjadi sumber kejiwaan agama ialah libido sexual (naluri seksual), Freud yakin akan kebenaran pendapatnya itu berdasarkan kebencian setiap agama terhadap dosa.
e.    William Mac DougallSebagai salah seorang ahli psikologi instink, ia berpendapat bahwa sumber kejiwaan agama merupakan kumpulan dari beberapa instink.

2.    Teori Fakulti
Berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber pada satu factor tungga tetapi terdiri atas beberapa unsur, antara lain yang dianggap memegang peran penting adalah fungsi cipta, rasa, dan karsa.

3.    Beberapa Pemuka Teori Fakulti
a.    G.M. Straton
Mengemukakan teori “konflik”.Ia mengatakan, bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah adanya konflik dalam kejiwaan manusia.  

B.    Zakiah DaradjatBerpendapat bahwa, pada diri manusia itu terdapat kebutuhan pokok. Beliau mengemukakan, selain dari kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani, manusiapun mempunyai suatu kebutuhan akan adanya keseimbangan dalam kehidupan jiwanya agar tidak mengalami tekanan
Dengan menjalankan ajaran agama secara baik, maka kebutuhan akan rasa kasih sayang, rasa aman, rasa harga diri, rasa bebas, rasa sukses, dan rasa ingin tahu akan terpenuhi. Gabungan dari keenam macam kebutuhan tersebut menyebabkan orang memerlukan agama.Melalui agama kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat disalurkan.

C.    W.H. ThomasIa mengemukakan bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah empat macam keinginan dasar yang ada dlam jiwa manusia, yaitu keinginan untuk keselamatan, keinginan untuk mendapat penghargaan, keinginan untuk ditanggapi, keinginan akan pengetahuan atau pegalaman baru. Didasarkan pada ke empat keinginan itulah pada umumnya manusia menganut agama.

B.    Timbulnya Jiwa Keagamaan pada AnakMenurut beberapa ahli, anak dilahirkan bukan sebagai makhluk yang religius. Anak yang baru dilahirkan lebih mirip binatang,bahkan mereka mengatakan anak seekor kera lebih bersifat kemanusiaan daripada bayi manusia itu sendiri. Selain itu, ada pula yang berpendapat sebliknya, bahwa anak sejak dilahirkan telah membawa fitrah keagamaan. Fitrah itu baru berfungsi dikemudian hari melalui proses bimbingan dan latihan setelah berada pada tahap kematangan.
Ada beberapa teori mengenai pertumbuhan agama pada anak, antara lain yaitu rasa ketergantungan, dan instink keagamaan.

C.    Perkembangan Agama pada Anak-AnakMenurut penelitian Ernest Harm perkembangan agama anak-anak itu melalui beberapa fase (tingkatan), yaitu tingkat dongeng, tingkat kenyataan, dan tingkat individu. Sebagai mahkluk ciptaan Tuhan, sebenarnya potensi agama sudah ada pada setiap manusia sejak ia dilahirkan. Potensi ini berupa doronga untuk mengabdi kepada Sang Pencipta.Dengan adanya potensi bawaa ini manusia pada hakikatnya adalah makhluk beragama.

Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk beragama.Namun  keberagamaan tersebut memerlukan bimbingan agar dapat tumbuh dan berkembang secara benar. Untuk itu anak-anak memerlukan tuntunan dan bimbingan, sejalan dengan tahap perkembangan yang mereka alami.Tokoh yang paling menentukan dalam menumbuhkan rasa keberagamaan itu adalah kedua orang tuanya.

D.    Sifat-Sifat Agama pada Anak-anakMemahami konsep keagamaan pada anak-anak berarti memahami sifat agama pada anak-anak.Sesuai dengan ciri yang mereka miliki, maka sifat agama pada anak-anak tumbuh mengikuti pola ideas concept on outbority, maksudnya konsep keagamaan pada diri mereka dipengaruhi oleh factor dari luar diri mereka.Bagi mereka sangat mudah untuk menerima ajaran dari orang dewasa, walaupun belum mereka sadari sepenuhnya manfaat ajaran tersebut.Berdasarkan hal ini, maka bentuk dan sifat agama pada diri anak dapat dibagi atas unreflective (tidak mendalam), egosentris, anthromorphis, verbalis dan ritualis, imitatif, rasa heran.

E.    Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Remaja1.    Perkembangan rasa agamaDalam pembagian tahap perkembangan manusia , maka masa remaja menduduki tahap progresif. Dalam pembagian yang agak terurai masa remaja mencangkup masa juvelinitas, pubertas, dan nubilitas.Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya, maka agama pada para remaja turut dpengaruhi perkembangan itu.Maksudnya penghayatan para remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja banyak berkaitan dengan factor perkembangan tersebut.
Perkembangan agama pada para remaja ditandai oleh beberapa factor perkembangan rohani dan jasmaninya. Perkembangan itu antara lain menurut W.Starbuck adalah pertumbuhan pikiran dan mental, perkembangan perasaan, pertimbangan social, perkembangan moral, sikap dan minat, ibadah.

F.    Konflik dan KeraguanMenurut W.Starbuckpeyebab terjadina konflik dan keraguan beragama yang mereka terima antara lain adalah factor:

  1. Kepribadian, yang menyangkut salah tafsir dan jenis kelamin.
  2. Kesalahan organisasi keagamaan dan pemuka agama.
  3. Pernyataan kebutuhan manusia.
  4. Kebiasaan.
  5. Pendidikan.
  6. Percampuran antara agama dan mistik.

Tingkat keyakinan dan ketaatan beragama para remaja, sebenarnya banyak begantunag dari kemampuan mereka meyelesaikan keraguan dan konflik batin yang terjadi dalam diri.Usia remaja memang dikenal sebagai usia rawan. Remaja memiliki karakteristik khusus dalam pertumbuhan dan perkembangannya.Namun, pesatnya pertumbuhan fisik itu belum diimbangi secara setara oleh perkembangan psikologisnya.Kondisi seperti itu menyebabkan remaja mengalami kelabilan.
Sikap kritis terhadap lingkungan memang sejalan dengan perkembangan intelektual yang dialami para remaja.Bila persoalan itu gagal diselesaikan, maka para remaja cenderung untuk memilih jalan sendiri.Dalam situasi bingung dan konflik batin menyebabkan para remaja berada dipersimpangan jalan.Sulit untuk menentukan pilihan yang tepat.Dalam situasi yang demkian itu, maka munculnya peluang perilaku menyimpangterkuak lebar.

Menghadapi gejala ini, nilai-nilai ajaran agama sebenarnya dapat difungsikan.Tokoh dan pemuka agama memiliki peran trategis dalam mengatasi kemelut batin remaja, bila mereka mampu melakukan pendekatan yang tepat. Sebaliknya bila gagal, maka kemungkinan yang terjadi adalah para remaja akan menjauhkan diri dari agama, mencari agama baru, atau rujuk kenilai-nilai agama yang dianutnya dan mengubah sikap menjadi lebih taat.

Melalui pendekatan dan pemetaan nilai-nilai ajaran agama yang lengkap dan utuh seperti itu, setidaknya akan memberi kesadaran baru bagi remaja, bahwa agama bukan sebagai alat pemasung kreatifitas manusia, melaikan sebagai pendorong utama. Dengan demikian, diharapan remaja akan termotifasi untuk mengenal ajaran agama dalam bentuk yang sebenarnya. Agama yang mengandung nilai-nilai ajaran yang sejalan dengan fitrah manusia, universal dan bertumpu pada pembentukan sikap akhlak mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jangan lupa komentarnya ya....!!!!
Terima Kasih Atas Kunjungannya

Copyright © Kang Topek

Sponsored By: GratisDesigned By: Habib Blog